Kuil Xuan Kong telah memanfaatkan satu-satunya tempat berpijak kemudian membangunnya di tengah-tengah tebing tinggi dan terjal, itu juga dapat dikatakan dibangun di atas tebing yang sangat curam. Kuil Xuan Kong membangun kuilnya menggantung di tengah awang-awang, ini pasti sangat mempunyai arti yang mendalam.
Di tahun yang ke-23 Dinasti Tang (tahun 735), di mana setelah penyair Agung Li Bai berwisata menikmati keindahan Kuil Xuan Kong, telah menulis dua kata "Zhuang Guan" (pemandangan yang megah) di atas batu tebing. Kuil Xuan Kong dengan konstruksi yang mendebarkan hati serta bentuknya yang sangat unik, maka dinobatkan sebagai juara dari 18 pemandangan di Gunung Heng.
Lagi pula setiap batang kayu yang tegak itu jasanya juga tidak dapat dipungkiri. Semua penempatan kayu ini telah melalui perhitungan yang sangat cermat, untuk memastikan supaya bisa menyangga seluruh konstruksi Kuil Xuan Kong.
Prinsip yang unik ini sangat sulit dibanyangkan oleh teori ilmu pengetahuan modern. Maka jika dipandang dari kejauhan orang-orang menamakan Kuil Xuan Kong sebagai: Tiga utas ekor kuda yang bergantungan di awang-awang.
Konon katanya Kuil Xuan Kong dibangun oleh seorang biksu yang bernama Liao Ran pada masa Dinasti Wei Utara (tahun 386-534), dan hingga sekarang telah lebih dari 1.400 tahun. Meskipun telah direnovasi dan bahkan kerap diguncang gempa bumi, namun seluruh strukturnya tetap baik, tidak mengalami kerusakan. Ini dapat dikatakan sebagai keajaiban dalam sejarah bangunan.
Sebab orang yang penakut sama sekali tidak berani tinggal di tempat awang-awang. Kuil Xuan Kong memiliki balairung kamar loteng lebih dari 40 ruangan. Bagian atas dan bawah dihubungkan dengan tangga spiral, jika berjalan di atas tangga kayu, maka orang depan sepertinya menginjak di atas kepala orang di belakang.
Antara paviliun pusat dan paviliun samping ada jalan papan, begitu diinjak bergetaran dan menimbulkan suara krek, melalui celah papan masih bisa terlihat ratusan meter jurang yang dalam, membuat orang terkejut dan takut. Namun bagi biksu yang bersih hati dan pikirannya, mereka tidak akan merasa takut. Jika dilihat dari pemikiran orang sekarang, karena sekarang segala-galanya bersandar pada teori pembuktian secara ilmiah, maka bagaimana berani tinggal di atas sana?
Namun bagi biksu, karena dia percaya pada Buddha: "Ada Buddha yang melindungi", dan "kehidupan sudah ditakdirkan" dan pemikiran-pemikiran lainnya, maka dia tidak akan memandang hidup dan mati itu dengan begitu berat, orang-orang yang tinggal di kuil tersebut merasa "ada Buddha sehingga hatinya menjadi tenang". Semua ini dengan jelas memperlihatkan konsep pemikiran yang berbeda. Yang lebih membuat orang merasa takjub seharusnya adalah konsepsi desain dan pemilihan lokasi.
"Membangun kuil di atas tebing", usulan ini, jika dicetuskan sekarang, maka kemungkinan besar akan ditolak oleh ilmuwan modern. Lalu apakah dasarnya? Teori ilmiah modern berpendapat bahwa diterpa angin dan dijemur matahari, atau perubahan lingkungan alam, fisik gunung mungkin akan mengelupas, pelapukan, tanah longsor dan adanya krisis lainnya. Sebenarnya, jika ilmuwan menggunakan teori modern mungkin sama sekali tidak mempunyai pemikiran seperti ini.
Dia mungkin berpikir: "Buddha bisa melindungi orang yang percaya Buddha", "Gunung ada Dewa Gunung yang mengurusnya" dll. Maka dia sama sekali tidak menganggap fisik gunung ada sesuatu bahaya, meskipun ada bahaya juga bisa menghindar, "mengubah kemalangan menjadi kemujuran, menjumpai kesulitan menjadi keberuntungan!"
Sebenarnya, Kuil Xuan Kong telah membuktikan bahwa biksu dan orang-orang yang Xiulian ini mempunyai keyakinan yang lurus akan Buddha. Jika tidak ada keyakinan yang lurus terhadap hukum Buddha, pada dasarnya dapat dikatakan tidak mungkin membangun kuil di atas tebing tinggi yang terjal dan curam.
Maka dilihat dari sudut ini, orang yang Xiulian hukum Buddha juga merupakan orang yang menguasai benar ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, hukum Buddha juga merupakan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, tentunya dengan hasrat yang tulus.
"Kuil yang bergantung" ini pasti akan sama seperti lampu merkuri menerangi sanubari semua orang, memberi dorongan kepada orang-orang menyelidiki dunia yang masih belum diketahui.
0 komentar:
Posting Komentar