Minggu, 30 Januari 2011

Seks Di Pagi Hari Bikin Orang Ceria Dan Bahagia Sepanjang Hari


— Satu kesalahan yang dilakukan pada pagi hari biasanya akan membuat mood kita buruk sepanjang hari. Sebaliknya, satu kebahagiaan yang dirasakan begitu kita bangun tidur ternyata bisa meningkatkan mood kita selanjutnya.

Tidak, tak cukup bila Anda hanya mengawali hari dengan minum kopi dan sarapan yang sehat. Para peneliti menyarankan Anda untuk melakukan sesi morning sex. Menurut mereka, pasangan yang bercinta pada pagi hari tidak hanya akan merasa lebih bersemangat sepanjang hari, tetapi juga akan meningkatkan sistem kekebalannya. Sistem kekebalan yang meningkat membuat Anda tak mudah terkena flu.

"Bercinta di pagi hari bisa melepaskan oksitosin, senyawa kimia yang memberikan rasa senang yang membuat pasangan merasa lebih dicintai dan terikat sepanjang hari," ujar Dr Debby Herbenick, peneliti yang juga penulis buku Because It Feels Good.
"Hal itu juga membuat Anda lebih kuat dan lebih cantik karena seks pada pagi hari melepaskan senyawa kimia yang mendongkrak kadar oestrogen yang memperbaiki kekencangan dan tekstur kulit dan rambut Anda," katanya.

Penelitian yang lain bahkan mengatakan, keuntungan morning sex tidak hanya itu. Studi yang dilakukan di Queens University di Belfast, misalnya, menemukan, bercinta tiga kali seminggu dapat mengurangi risiko serangan jantung atau stroke.

"Pagi hari menjadi waktu yang sempurna untuk memanjakan diri karena Anda mungkin akan tergesa-gesa sesudahnya, dan seks secara spontan akan memacu adrenalin yang akan memperkuat seluruh pengalaman Anda," tambah Jane Greer, terapis pernikahan Amerika.

Bagi kaum pria, morning sex memberikan manfaat yang tak kalah hebat. Sebuah studi pada tahun 2009 mendapati, berhubungan intim setiap hari bisa memperbaiki kualitas sperma, dan dengan sendirinya meningkatkan peluang kehamilan. Pria yang mengalami masalah kesuburan, ejakulasi setiap hari selama seminggu bisa mengurangi jumlah kerusakan DNA yang terlihat pada sampel sperma!

Ada Kisah unik Dibalik 'Crop Circle'


 
Warga menaiki bukit untuk melihat pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

 
 — Ini kisah lain sekitar tapak lingkar di sawah di Sleman, DI Yogyakarta, yang sempat diributkan sebagai bekas pendaratan UFO itu. Demi melihat apa yang oleh orang-orang pintar disebut sebagai crop circle itu, Yati (36) dan suaminya menuju lokasi tapak lingkar di Dusun Rejosari, Berbah, Sleman. Yati sendiri adalah warga Wonosobo, Jawa Tengah.
Jauh-jauh menempuh perjalanan lintas provinsi, mereka ingin mendapat kenang-kenangan berupa foto. Maka, Yati pun membawa kamera digital. Untuk mendapat gambar tapak, ia harus memotret dari ketinggian. Untuk itu, Yati dan suami mendaki Gunung Suru. Butuh perjuangan keras bagi Yati untuk menaklukkan trek Gunung Suru setinggi 25-30 meter.
Yati menyiapkan sarung tangan, yang berguna melindungi telapak tangan saat meniti tali tambang untuk mencapai puncak bukit berbatu yang becek dan licin itu. Belum lima meter naik, ia sudah terpeleset. Walau hanya terjerembab sedikit, karena sang suami dengan sigap menangkap tangannya, tak urung celana panjang dan jaketnya terciprat lumpur lumayan banyak.
Ibu muda itu akhirnya sukses tiba di puncak. Raut wajah lega terpancar di wajah walau peluh bercucuran. Semakin deras peluh mengucur karena cuaca panas Senin (24/1) siang itu. ”Kalau yang membuat pola unik ini manusia, cukup kreatif,” katanya seperti komentator para pakar di televisi itu.
Bergegas ia mengeluarkan kamera saku digitalnya yang mungil. Beberapa bidikan dibuatnya. Namun, raut wajahnya tampak kecewa kala melihat hasil jepretannya. Ia kembali membidik crop circle, tetapi kembali ekspresi kecewa terpancar. ”Waduh, ternyata hasilnya kok kabur, ya. Obyeknya kejauhan,” ujar Yati.
Jarak bukit dengan crop circle itu sekitar 100 meter.
”Atau kamera ini kurang modern, ya?” lanjutnya lagi.
Yati putus asa. Ia pun memutuskan turun bukit. Misi mengabadikan jejak ”UFO” gagal. Namun, bukankah banyak jalan untuk mencapai tujuan. Caranya? gampang saja. Di sekitar lokasi tapak lingkar itu banyak penjual foto-foto crop circle berukuran relatif besar. Dengan uang Rp 20.000, foto pola tapak melingkar tersebut tampak cukup jelas. Jauh lebih jelas daripada hasil jepretan Yati yang telah bersusah payah datang dari Wonosobo dan mendaki bukit plus terpeleset hingga bajunya belepotan lumpur itu.
”Enggak apa-apa mendapat foto tidak dengan kamera sendiri,” ucapnya menghibur diri sendiri.
Sang suami menyeletuk sambil tertawa, ”Lha ngerti ngono mendingan ra usah munggah. Ora nggowo baju ganti to, Bu....”
Itu bukan bahasa ”UFO”, tetapi bahasa Jawa yang artinya, ”Kalau tahu begini mendingan tidak usah naik. Tidak membawa pakaian ganti, kan?.