Warga menaiki bukit untuk melihat pola unik dalam lingkaran 
(crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan
 di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). 
Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah 
untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab 
fenomena ini.
    
 
  
   
                    
                   
 
 — Ini kisah lain sekitar 
tapak lingkar di sawah di Sleman, DI Yogyakarta, yang sempat diributkan 
sebagai bekas pendaratan UFO itu. Demi melihat apa yang oleh orang-orang
 pintar disebut sebagai crop circle itu, Yati (36) dan suaminya
 menuju lokasi tapak lingkar di Dusun Rejosari, Berbah, Sleman. Yati 
sendiri adalah warga Wonosobo, Jawa Tengah.
Jauh-jauh menempuh 
perjalanan lintas provinsi, mereka ingin mendapat kenang-kenangan berupa
 foto. Maka, Yati pun membawa kamera digital. Untuk mendapat gambar 
tapak, ia harus memotret dari ketinggian. Untuk itu, Yati dan suami 
mendaki Gunung Suru. Butuh perjuangan keras bagi Yati untuk menaklukkan 
trek Gunung Suru setinggi 25-30 meter.
Yati menyiapkan sarung 
tangan, yang berguna melindungi telapak tangan saat meniti tali tambang 
untuk mencapai puncak bukit berbatu yang becek dan licin itu. Belum lima
 meter naik, ia sudah terpeleset. Walau hanya terjerembab sedikit, 
karena sang suami dengan sigap menangkap tangannya, tak urung celana 
panjang dan jaketnya terciprat lumpur lumayan banyak.
Ibu muda itu
 akhirnya sukses tiba di puncak. Raut wajah lega terpancar di wajah 
walau peluh bercucuran. Semakin deras peluh mengucur karena cuaca panas 
Senin (24/1) siang itu. ”Kalau yang membuat pola unik ini manusia, cukup
 kreatif,” katanya seperti komentator para pakar di televisi itu.
Bergegas
 ia mengeluarkan kamera saku digitalnya yang mungil. Beberapa bidikan 
dibuatnya. Namun, raut wajahnya tampak kecewa kala melihat hasil 
jepretannya. Ia kembali membidik 
crop circle, tetapi kembali ekspresi kecewa terpancar. ”Waduh, ternyata hasilnya kok kabur, ya. Obyeknya kejauhan,” ujar Yati.
Jarak bukit dengan 
crop circle itu sekitar 100 meter.
”Atau kamera ini kurang modern, ya?” lanjutnya lagi.
Yati
 putus asa. Ia pun memutuskan turun bukit. Misi mengabadikan jejak ”UFO”
 gagal. Namun, bukankah banyak jalan untuk mencapai tujuan. Caranya? 
gampang saja. Di sekitar lokasi tapak lingkar itu banyak penjual 
foto-foto 
crop circle berukuran relatif besar. Dengan uang Rp 
20.000, foto pola tapak melingkar tersebut tampak cukup jelas. Jauh 
lebih jelas daripada hasil jepretan Yati yang telah bersusah payah 
datang dari Wonosobo dan mendaki bukit plus terpeleset hingga bajunya 
belepotan lumpur itu.
”Enggak apa-apa mendapat foto tidak dengan kamera sendiri,” ucapnya menghibur diri sendiri.
Sang suami menyeletuk sambil tertawa, ”
Lha ngerti ngono mendingan ra usah munggah. Ora nggowo baju ganti to, Bu....”
Itu
 bukan bahasa ”UFO”, tetapi bahasa Jawa yang artinya, ”Kalau tahu begini
 mendingan tidak usah naik. Tidak membawa pakaian ganti, kan?.